Hai hello, apa kabar semua? kemarin saya membaca tulisan Billy Boen disebuah koran nasional, mengenai sebuah cerita tentang pengalaman hidup yang diambil dari sebuah cerita legenda.cerita legenda ini membuat saya berpikir keras belakangan ini, karena begitu kena di hati .. mau tau? silahkan baca lanjutannya.
Klub 99
Ceritanya begini. Suatu hari, seorang raja yang kaya raya melihat seorang tukang sapu di kerajaannya yang sedang menyapu halaman istananya. Tukang sapu tersebut menyapu dengan senyuman di wajahnya, sambil bersiul-siul. Dia terlihat sangat bahagia. Sang raja pun memanggil ajudannya.
Dia bertanya kepada sang ajudan, ”Saya tadi melihat si tukang sapu, menyapu halaman istana sambil bersiulsiul dan tersenyum. Dia kan miskin. Kok dia bisa bahagia? Sementara saya adalah seorang raja. Saya kaya raya. Saya punya semua yang saya mau. Tapi kok saya tidak merasa bahagia?” Sang ajudan bilang, ”Raja, si tukang sapu berbeda dengan kita. Kita adalah Klub 99. Dia bukan"
-----------------------------------------------------------------------------
Maksudnya apa? Klub 99? Apa itu?” - Raja
-----------------------------------------------------------------------------
Sang raja bingung dan bertanya, ”Maksudnya apa? Klub 99? Apa itu?” Sang ajudan berkata, ”Izinkan saya untuk menjelaskan apa arti Klub 99 dengan sebuah tes” Sang raja pun setuju dan memperbolehkan sang ajudan menjelaskan apa itu Klub 99 dengan sebuah tes.
Pada suatu malam, si tukang sapu berjalan kaki menuju rumahnya setelah seharian menyapu halaman istana. Malam itu tidak seperti malam biasanya. Di perjalanan pulang itu, dia menemukan sebuah pundi. Dia buka pundi tersebut, dan ternyata isinya adalah kepingan logam emas.
Dia pun langsung berlari sekencang-kencangnya menuju rumah. Dia ingin segera sampai di rumah dan memberitahukan berita gembira ini kepada istri dan anaknya. Dia merasa senang sekali. Sesampainya di rumah, dia pun langsung memanggil istri dan anaknya. Mereka semua bahagia karena mereka merasa akhirnya mereka sudah tidak lagi miskin. Kemudian mereka mulai menghitung jumlah kepingan logam emas tersebut. 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
Wajah mereka tidak henti-hentinya berseri. Hitungan pun terus berlanjut: 93, 94, 95, 96,97, 98, 99, dan stop. Mereka bingung. Si tukang sapu bilang, ”Kok hanya 99 keping logam emas? Seharusnya ada 100 keping logam emas di dalam sebuah pundi! Apakah mungkin karena tadi saya berlari sekencang yang saya bisa, sehingga mungkin ada satu logam yang terjatuh?” Masuk akal. Mereka pun mencoba untuk mencari satu keping logam emas yang mungkin tercecer di jalan.
-----------------------------------------------------------------------------
”Kok hanya 99 keping logam emas? Seharusnya ada 100 keping logam emas di dalam sebuah pundi! Apakah mungkin karena tadi saya berlari sekencang yang saya bisa, sehingga mungkin ada satu logam yang terjatuh?” - Tukang Sapu
-----------------------------------------------------------------------------
Hingga menjelang pagi hari, mereka masih tidak menemukan satu keping logam emas yang menurut mereka mungkin tercecer di jalan. Akhirnya mereka pulang ke rumah. Mereka lelah dan kesal. Di pagi hari yang cerah itu, sang raja kembali memanggil sang ajudan, dan berkata, ”Pagi ini saya melihat si tukang sapu tidak lagi bahagia. Tidak seperti biasanya! Biasanya ketika dia menyapu, pasti sambil tersenyum dan bersiul-siul. Pagi ini tidak. Dia terlihat cape dan jengkel. Kenapa ya?” Sang ajudan bilang, ”Karena mulai hari ini, dia sudah sama dengan kita. Dia sudah menjadi anggota Klub 99.”
Apakah saya anggota klub 99?
setelah saya membaca kisah itu saya bertanya kepada diri saya sendiri? apakah saya anggota klub 99? saya tersadar sepertinya saya anggota klub 99, saya seringkali merasa tidak puas dan malah tidak menyukuri apa yang saya dapat. yap seperti si tukang sapu yang harusnya bersyukur mendapatkan 99 keping uang dan tidak perlu memusingkan karena hanya kurang 1 koin emas untuk menggenapkannya menjadi 100.
Namun sebagian hati kecil saya menolak bahwa saya anggota klub 99, karena merasa wajar bila manusia seringkali merasa tidak puas, selalu ingin yang lebih baik lagi, tapi yang seringkali saya lupa dari apa yang kita keluhkan setiap hari adalah rasa bersyukur, kita diberikan 86.400 detik setiap hari apa kita telah mengucapkan alhamdulillah atas segala nikmat yang kita beri, atau sekedar berterimakasih kepada yang Mahakuasa.
apa saya puas terhadap yang saya capai sekarang ini? harusnya sih tidak. Saya masih perlu banyak belajar lagi, banyak mimpi saya yang belum bisa saya capai, banyak hal yang saya belum lakukan, tapi saya harus bersyukur atas segala nikmat yang saya terima dalam hidup saya, yap itu yang seringkali saya lupa, dan akhirnya membuat saya malah sibuk dengan mengeluh dan rasa kurang puas tapi tidak menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan apa yang saya anggap menjadi penghalang saya untuk selanjutnya menjadi orang yang lebih baik.
yap ketika, membaca legenda itu saya tersadar banyak sekali dan berhari-hari merenung, mampukah saya keluar 100% dari anggota klub 99?
https://www.youngontop.com/notes/kita-semua-klub-99-e2roakov
-----------------------------------------------------------------------------
sumber cerita :https://www.youngontop.com/notes/kita-semua-klub-99-e2roakov
bener bgt brow...
BalasHapustapi ngga semua orang punya kecerdasan yg cukup untuk menyadari hal itu.... ^_^
bener bangett... kbnyakan emg masi jadi anggota klub99, krn kodratnya manusia emng "gak pernah puas"...
BalasHapusSbenernya sifat "nggak pernah puas" itu bagus buat memotivasi diri biar lebih maju, dan jadi lebih baik. tapi kdang emg kita ngeliat yg buruk2 aja, jdi lupa bersyukur, emg sebaiknya wajib bwt tetap bersyukur dulu, dan gak bnyak mngeluh klo keinginan gak tercapai...
semangatt...
Keren Gan, Like This, dan Menasehati abiss...
BalasHapusSama pemikirannya dengan Miftah :)
waduh iya ya, gue kok ngerasanya gitu. gue kayaknya sedikit akan masuk klub 99. pertama baca sih dikira apaan klub 99.
BalasHapusyang bikin bingung tuh gini bang, kita kan mesti bersukur, sementara kalo kita mau maju menggapai apa ygkita mau, kita nggak boleh punya rasa puas, nah bingungnya disitu. gimana bang? pusing? sama bang -_-
Gue suka banget nih, baca tulisan yang begini. Hehe. Pemikiran gue sama kayak Miftah. Manusia emang sifatnya nggak pernah puas. Tapi, dilain sisi ada hal postif dan negatifnya. Iya, yang dimaksud seperti yang dibilang si Miftah.
BalasHapusbener kata mbak miftah, manusia emang sifat kodratnya ga pernah puas, tp pasti ada sisi positipnya, bisa sebagai motivasi,tp kalo terlalu sering itu namanyaaaa apa ya?gue lupa namanya,ntar gue cari didata pak RT dulu. intinya sih apa yg kita udah dapet harus disyukuri meski kadang ga seperti kemauan kita
BalasHapusAwalnya aku kira klub 99 itu semacem geng motor hehehe.
BalasHapusYa, bener sih. Itulah manusia, ga pernah ada puasnya. Padahal kalo mati pun gak ada yang dibawa kecuali amalnya.
Lumayan nih, sebagai pengingat diri untuk pandai pandai bersyukur
susah sih kalo mau keluar dari klub 99 u,u postingannya keren
BalasHapussetuju, postingannya bagusss~ :)
BalasHapuswaaah, superrr sekali brooo...emang kecenderungan orang itu kalo dikasih gitu malah jadi pingin lebih, dan lebih, dan lebih..dan justru nggak bahagia khan yaa..jadi emang bnr let's be grateful!!! yeaaaaaaaaaaaaaahhhh!!!!
BalasHapusnasehat yang luar biasa
BalasHapus