Minggu, 30 Oktober 2016

Berhenti Sejenak

Hai Hallo? Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik dan semua urusannya dimudahkan. Ada yang baru masuk kesini? Mari kita berkenalan. Ada yang sudah lama tak kesini silahkan omelin saya. Kemana aja lo Ndi? Blognya sampai berdebu dan kusam begini. Tapi sebelum kalian melepas rindu di tempat ini, saya sedang ingin berhenti sejenak dengan melepaskan penat saya di blog yang sudah lama tak saya sentuh ini. 





Dulu sekali saya pernah bertanya kepada salah satu teman saya yang sudah bekerja, dia adalah salah satu sahabat saya yang paling sibuk, saking sibuknya dia bekerja sampai lupa mengambil liburan. dan kadang kalau bertemu denganya dia selalu uring-uringan, kalau sudah uring-uringan begitu saya selalu berkata ke sahabat saya itu, ambil sana cutinya terus beli tiket, lalu menghilang dari tumpukan berkas yang kau punya. tapi sahabat saya tersebut hanya menggelengkan kepala dan berkata, "bukan liburan yang jauh, yang gw perlukan. tapi cuma menarik napas yang pelan diantara tumpukan dokumen ini, misalnya seperti melepas penat dengan mnegobrol kesana kemari seperti ini."  

hmmm, sebenarnya pada saat itu, saya kurang begitu paham apa yang dia katakan. Mengapa dia berkata begitu. Bertahun-tahun setelah itu, saya lulus dan bekerja, Setelah merasakan dunia kerja saya mulai paham artinya. Saya coba merenungkan mengenai artinya menarik napas pelan diantara tumpukan pekerjaan untuk berhenti sejenak. Bukan berarti ingin liburan yang jauh yang di butuhkan hanya ingin berhenti sejenak, menikmati waktu diantara kesibukan masing-masing.   

Ya ternyata bekerja fulltime itu berbeda dengan kuliah, ya waktu zaman kuliah, kalau lagi males  bisa absen doang terus mabur ke kantin atau menimbun diri dengan berbagai bacaan di pojokan perpus (jangan di contoh ya guys), atau kalian punya jeda 1 bulan sampai 3 bulan untuk menikmati akhir semester. atau dapat menikmati seminggu full untuk cuma bermalas-malasan di rumah setelah UAS, dengan hanya kegiatan di luar kuliah. alah langsung kangen masa-masa kuliah.

Atau kamu setidaknya sewaktu kuliah bisa menikmati hal-hal di luar rutinitas kantor yang sangat bervariasi, ikut acara anu, kegiatan komunitas XYZ, dan ikutin hal semua yang bisa membuat kamu keluar dari rutinitas yang sama setiap hari. Tapi sekarang, weekend paling kabur ke tempat teman, main pokemon go, mau nyoba ikut komunitas kembali, rasanya terlalu lelah.

Mungkin saya sedang di pintu masuk, apa yang teman saya rasakan di beberapa tahun lalu ...

Rasa kesendirian,

Dulu sekali, saya terbiasa bekerja dengan tim kecil baik dari zaman kuliah. Mempunyai sahabat-sahabat dekat yang bisa saling mencaci maki bersama, bersarkasme dengan lancarnya, saling mencela satu sama lain tapi akhirnya bersama-sama memecahkan misteri yang diberikan dosen dengan cara masing-masing yang kadang tak terduga. Sekarang, saya merasa semuanya ditanggung masing-masing, ada beberapa teman yang saya bisa acungi jempol ketika bekerja dan bisa membantu saya juga tapi dengan beban yang lebih banyak dan bersamaan ini, tantangannya semakin berat. Kadang saya berpikir, yang ini harus pake cara berbeda, tapi melihat keadaan dimana (saya melihat) rasa inisiatif berkurang, di mana sebagian orang hanya duduk di balik mejanya masing-masing dan protes ini itu bukannya bersama-sama mencari jalan keluar, saya semakin merasa ya sudahlah ,,,

Saya jadi mengingat salah satu postingan saya Klub 99, mungkin saya hanya terlalu fokus pada yang kurang bukan menghitung berapa yang telah dikerjakan beberapa tahun ini. Ahh, kadang begitu merasa lelah, butuh chargeran.

Sibuk sama yang disuka atuh Ndi? 
Hobi berkumpul dengan orang-orang baru, berubah menjadi beberapa orang saja, hobi membaca buku, sekarang hanya menjadi penumpuk buku, dan hobi menulis yang dituangkan menjadi tulisan sekarang .. teman-teman tahu sendiri kan saya kemana. Merasa asing dengan apa yang saya sukai, makin membuat saya merasa sendirian. Bahkan saya sekarang saya rasa, saya takut menulis, saya takut menulis seperti dulu dimana uneg-uneg bisa dimuntahkan begitu saja, sekarang saya takut apa yang saya tulis akan melukai seseorang.

Saya bercerita hal tersebut kepada salah satu seorang sahabat saya yang lain, dia berasumsi bahwa kita akan menjelang usia dewasa, uisa matang dimana kita akan sibuk dengan dunia masing-masing, akan memulai menyeleksi teman yang dipunya, menyeleksi masalah yang akan dihadapi, bahkan akan memikirkan apa yang akan yang diucapkan, semua tidak akan lagi sama. 

Beberapa waktu yang lalu, seseorang sahabat kuliah saya mengucapkan sesuatu "lo tuh ya ndi, dari jaman kuliah gini-gini aja, hidupnya ga ada beban" saya termenung, memang tanpa bebankah saya? atau memang hidup saya dipasang seperti ini, memendam sendiri apa yang dirasa.

Sebagian yang lain, berkata jangan terlalu dipikirin, nanti otak kamu meledak. Kamu hanya butuh berhenti sejenak ndi, dan mengambil napas. Everything gonna be OK. 

itulah yang sering saya lupa, ambil napas, lalu tersenyum. 
------------------------------------------------------------------------------
Catatan Kecil :
Saya menemukan draft ini tertimbun diantara beberapa draft yang pernah saya tulis. Mungkin ini salah satu resahan saya ketika masih bekerja di Jakarta dulu, tapi dengan sedikit perbaikan khususnya pada bagian masalah dan apa yang saya hadapi, Ta Da jadilah tulisan curhat.

1 komentar:

  1. Itu phase yg gw alami skrg kadang terlalu ekspresif dulu jd sadar sering nyakitin orang takutnya walau nggak sengaja, nulis lg Ndi it's worth to pour out everything as long as the person n vessel is right. U can name it by urself

    BalasHapus

Tolong Komentar ya.. :D